Sudah satu
pekan lebih tim SAR gabungan dari TNI dan Polri bekerja keras mengevakuasi
korban pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di lereng Gunung Salak, Bogor,
Jawa Barat.
Di balik proses evakuasi, banyak cerita yang diungkapkan oleh tim SAR. Tidak hanya cerita sulitnya medan, tetapi ada cerita-cerita yang sulit dinalar dengan akal sehat saat melakukan proses evakuasi.
Sertu D, tidak mau disebut namanya, mengaku mendengar suara raungan harimau di atas gunung hingga gangguan telepon genggamnya. Kejadian itu ia rasakan setelah menjadi tim pertama yang diterjunkan ke Gunung Salak.
Sehari setelah kecelakaan, D bersama anak buahnya diperintahkan ke atas Gunung Salak untuk membantu usaha pencarian. Pertama kali melakukan pendakian, dia bersama timnya mampu melewati rintangan. Setelah menemukan runtuhan pesawat, dia bersama tim diperintahkan turun.
Memasuki hari ketiga, dia bersama timnya kembali diperintahkan naik ke lokasi, di sini mulai terasa beberapa keanehan. Pada tugas kedua, perintah yang diberikan adalah untuk mengangkut seorang rekannya yang sakit dari lokasi evakuasi.
"Saya membawa lima orang anggota dan dua orang warga. Satu warga di depan memimpin pendakian dan satu warga di belakang," ujar D saat berbincang dengan merdeka.com di sebuah warung dekat Posko Pasir Pogor, Cijeruk, Bogor, Kamis (17/5) dinihari.
Sepanjang perjalanan, setidaknya dia bersama tim mendapatkan banyak gangguan, terutama seorang warga yang mengikuti dari belakang. Akibatnya, perjalanan pun sempat terhambat sampai empat kali.
"Warga itu mengeluh tidak kuat jalan. Pertama bagian betis terasa panas seperti ada yang memegangi, setelah dilepaskan dan kembali jalan. Eh, ternyata pindah ke paha, dada hingga kepala," ujarnya.
Meski akhirnya sampai ke lokasi, D berhasil mengevakuasi rekannya dari titik kecelakaan melalui jalur darat. Sepanjang perjalanan turun, D kembali mendapat gangguan ketika sedang menghubungi kekasihnya.
"Saya sama pacar sedang bicara di telepon, tiba-tiba suaranya berubah menjadi datar, saya sadar itu bukan pacar saya," lanjut dia.
D melanjutkan, suara itu masih mirip dengan suara kekasihnya, ketika ditanya identitasnya, suara itu mengaku sedang kedinginan. Beberapa kali D berusaha menggertak agar pemilik suara membuka identitasnya.
"Pas saya telepon antara saya dan pacar, ditengah-tengah ada pemilik suara itu. Saya bisa denger suara itu, tapi pacar tidak bisa, dia hanya bisa dengar suara saya menggertak," tandasnya.
Sebelumnya, dia mengaku sempat berjanji pada seorang temannya meminta kepastian keberadaan pramugari yang ikut serta dalam joy flight Sukhoi. Dalam pencariannya, dia hanya berhasil menemukan kartu identitas pramugari tersebut.
Melalui hubungan telepon itu, pemilik suara hanya mengungkapkan permintaannya. "Kamu besok masih evakuasi ya? Kalau misal kamu masih evakuasi, jangan sampai lupa naro (taruh) ya," ungkap D menirukan.
Lain halnya dengan sersan F, saat melakukan perjalanan, dia bertemu dengan seorang kakek yang membantu memijit kakinya. Pasalnya, F merasa kelelahan sehingga bagian mata kaki terasa berat untuk melangkah.
"Pas dipegang, tangannya dingin sekali. Setelah dilepas, saya sempat mengikuti dia sampai masuk ke semak dan hilang," cerita F.
Merasa ada keanehan, F menengok ke belakang, ternyata sinar lampu senter milik rekan-rekannya masih melakukan perjalanan dan berada di bagian atas. "Saya langsung berteriak agar mereka menunggu," ucapnya singkat.
Di balik proses evakuasi, banyak cerita yang diungkapkan oleh tim SAR. Tidak hanya cerita sulitnya medan, tetapi ada cerita-cerita yang sulit dinalar dengan akal sehat saat melakukan proses evakuasi.
Sertu D, tidak mau disebut namanya, mengaku mendengar suara raungan harimau di atas gunung hingga gangguan telepon genggamnya. Kejadian itu ia rasakan setelah menjadi tim pertama yang diterjunkan ke Gunung Salak.
Sehari setelah kecelakaan, D bersama anak buahnya diperintahkan ke atas Gunung Salak untuk membantu usaha pencarian. Pertama kali melakukan pendakian, dia bersama timnya mampu melewati rintangan. Setelah menemukan runtuhan pesawat, dia bersama tim diperintahkan turun.
Memasuki hari ketiga, dia bersama timnya kembali diperintahkan naik ke lokasi, di sini mulai terasa beberapa keanehan. Pada tugas kedua, perintah yang diberikan adalah untuk mengangkut seorang rekannya yang sakit dari lokasi evakuasi.
"Saya membawa lima orang anggota dan dua orang warga. Satu warga di depan memimpin pendakian dan satu warga di belakang," ujar D saat berbincang dengan merdeka.com di sebuah warung dekat Posko Pasir Pogor, Cijeruk, Bogor, Kamis (17/5) dinihari.
Sepanjang perjalanan, setidaknya dia bersama tim mendapatkan banyak gangguan, terutama seorang warga yang mengikuti dari belakang. Akibatnya, perjalanan pun sempat terhambat sampai empat kali.
"Warga itu mengeluh tidak kuat jalan. Pertama bagian betis terasa panas seperti ada yang memegangi, setelah dilepaskan dan kembali jalan. Eh, ternyata pindah ke paha, dada hingga kepala," ujarnya.
Meski akhirnya sampai ke lokasi, D berhasil mengevakuasi rekannya dari titik kecelakaan melalui jalur darat. Sepanjang perjalanan turun, D kembali mendapat gangguan ketika sedang menghubungi kekasihnya.
"Saya sama pacar sedang bicara di telepon, tiba-tiba suaranya berubah menjadi datar, saya sadar itu bukan pacar saya," lanjut dia.
D melanjutkan, suara itu masih mirip dengan suara kekasihnya, ketika ditanya identitasnya, suara itu mengaku sedang kedinginan. Beberapa kali D berusaha menggertak agar pemilik suara membuka identitasnya.
"Pas saya telepon antara saya dan pacar, ditengah-tengah ada pemilik suara itu. Saya bisa denger suara itu, tapi pacar tidak bisa, dia hanya bisa dengar suara saya menggertak," tandasnya.
Sebelumnya, dia mengaku sempat berjanji pada seorang temannya meminta kepastian keberadaan pramugari yang ikut serta dalam joy flight Sukhoi. Dalam pencariannya, dia hanya berhasil menemukan kartu identitas pramugari tersebut.
Melalui hubungan telepon itu, pemilik suara hanya mengungkapkan permintaannya. "Kamu besok masih evakuasi ya? Kalau misal kamu masih evakuasi, jangan sampai lupa naro (taruh) ya," ungkap D menirukan.
Lain halnya dengan sersan F, saat melakukan perjalanan, dia bertemu dengan seorang kakek yang membantu memijit kakinya. Pasalnya, F merasa kelelahan sehingga bagian mata kaki terasa berat untuk melangkah.
"Pas dipegang, tangannya dingin sekali. Setelah dilepas, saya sempat mengikuti dia sampai masuk ke semak dan hilang," cerita F.
Merasa ada keanehan, F menengok ke belakang, ternyata sinar lampu senter milik rekan-rekannya masih melakukan perjalanan dan berada di bagian atas. "Saya langsung berteriak agar mereka menunggu," ucapnya singkat.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan tuliskan komentar Anda dengan memilih "Name/URL" atau "Anonymous" pada kolom "Beri komentar sebagai..."
:-)